Translate

Wednesday 9 June 2021

BAHAGIA

 

Bahagia ?.. apa sich Sesungguhnya bahagia itu?

Aku yakin semua Manusia hidup punya Tujuan untuk bahagia dan berusaha untuk mendapatkan kebahagian itu.
Ada yang berusaha mendapatkan kebahagian melalui harta atau uang, pangkat atau jabatan, ketenaran, popularitas, pendidikan tinggi, status social, keluarga yang harmonis, keberhasilan dalam usaha dan lainnya. 
Untuk mencapai kebahagian itu Manusia adakalanya juga mengandalkan segala cara, ada cara yang baik ada pula yang tidak.
 
Dalam perjalanan meraih kebahagian itupun sering kali kita di hadapan pada saat yang sulit, pergumulan hidup, jatuh bangun, sakit penyakit, di hina, di sisihkan, penderitaan dan masih banyak lagi hal lainnya yang harus di hadapi.
Semua hal tersebut adalah proses untuk membentuk diri kita dalam memperoleh kebahagian seperti yang kita inginkan. Dalam proses itu ada pribadi - pribadi yang dapat bertahan, untuk terus berusaha, berjuang sekuat tenaga, namun ada pula yang menjadi lemah, capai, lalu menyerah.
 
Mereka yang akhirnya mendapatkan kebahagian seperti yang di inginkan, adakalanya tetap merasa tidak puas. Bahagia yang di dapat hanya terasa manis, indah, untuk sementara saja.
Jadi apakah artinya kebahagian itu?, setelah kita mendapatkan semua yang kita inginkan, harta, suksesnya usaha, popularitas, pendidikan tinggi, jabatan, status social dan lainnya tadi. 
 
Bahagia adalah Sesungguhnya suatu hal yang sederhana saja menurut ku...kita tidak perlu untuk mencari kesana kemarin untuk mendapatkannya, karena bahagia itu ada di dalam hati kita masing- masing.
Kita dapat merasakan bahagia yang Sesungguhnya melalui hal - hal kecil dan sederhana. 
 
Ketika aku masih dapat bangun, membuka mata dan menghirup udara segar setiap pagi itulah bahagia ku.
Ketika aku masih dapat mengucapkan syukur untuk hari yang baru yang Tuhan masih hadirkan dan kesempatan hidup yang Tuhan berikan bagi ku.
Itulah bahagia ku.
Ketika Tuhan memberikan kesehatan yang baik bagi orang- orang yang ku kasihi itulah bahagia ku.
 
Ketika mereka yang ku doakan mendapatkan kesembuhan, mereka mendapatkan kekuatan, jalan keluar dari persoalan hidup, mereka merasa damai, terhiburkan. Itulah bahagia ku
Ketika aku dapat berbagi, menolong mereka yang sakit, menderitakan dan miskin itulah bahagia ku.
Ketika aku dapat menerima segala penderitaan sakit dan salib ku dengan bersyukur selalu, itulah bahagia ku. 
 
Tuhan telah menanamkan benih - benih bahagia di hati kita masing - masing, tugas kita sebagai manusia adalah untuk menumbuhkannya memelihara, memupuk, merawat, menyirami, sehingga benih bahagia itu dapat tumbuh dengan subur, agar kita tidak terus mencari kebahagian - kebahagiaan yang semu..di luar sana.. 
 
Apakah arti bahagia itu untuk mu sahabat ku.?

Sunday 18 September 2016

MENGAPA KUATIR??

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat 6:27).

Kuatir kata itu senantiasa mewarnai hari - hari kehidupan manusia, yang kuatir akan masa depan anaknya, pekerjaannya, masa tuanya, kelangsungan hidup rumah tangganya,kesehatan, keadaan ekonominya, kuatir akan cepat tua dan lain sebagainya.

Apakah dengan kuatir Kita bisa memetik sesuatu yang baik,? sesuatu yang bisa memecahkan masalah yang sedang Kita hadapi,? saya rasa tidak, malah sebaliknya kuatir hanya Akan membuat hidup Kita menjadi tidak tenang, waktu Kita hanya Akan terbuang percuma Karena memikirkan apa yang belum pasti. Hari yang seharusnya indah Akan terasa begitu penat, melelahkan serta membosankan.

Cobalah kita singkirkan rasa kuatir itu melepaskannya dari pikiran kita dengan fokus pada hidup Kita saat ini, menerima serta menjalani hidup Kita hari ini dengan bersyukur dan terlebih dari itu adalah menyerahkan segala rasa kuatir Kita kepada Dia penyelenggara kehidupan Kita. Karena Dia pastinya telah menyiapkan jalan yang terbaik bagi Kita, rencanaNya selalu indah bagi kita meskipun pada awalnya sering tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan dan pikirkan.
Jangan buang waktu percuma serta merusak hidup mu dengan rasa kuatir itu ,sebab hidup dan waktu yang Kita miliki adalah sangat berharga, oleh sebab itu isilah dengan hal yang berharga pula. Semoga.

Wednesday 14 September 2016

DOA ROSARIO MEMBEBASKAN DIRI DARI DEPRESI.


Dunia perfilman Hollywood beberapa waktu lalu di kejutkan dengan kepergian Robbin Williams, seorang tokoh perfilman yang pernah meraih piala Oscar dalam film good will hunting, dianggap jenius, punya banyak bakat, dia mampu membuat penontonnya tertawa juga menanggis. Kematiannya yang tragis dengan menggantung diri ini di akibatkan oleh depressi berat yang di deritanya.

Didalam beberapa wawancara dia terus terang menyatakan bahwa ada demon didalam dirinya, yang tidak dapat di mengerti oleh orang lain dan dia membutuhkan pertolongan untuk melepaskan diri dari depresinya itu. Sekalipun dia termashyur, berkecukupan dalam ekonomi di puja dan di sukai banyak orang, Istri dan anak - anaknya pun mengasihi dirinya, namun dia sendiri tidak merasakan ada cinta dia katakan selalu merasa bersalah karena tidak dapat menjadi suami dan ayah yang baik, sehingga karena dorongan rasa bersalah yang terus menerus itu timbul suatu dorongan dari dalam dirinya untuk mengakhiri hidupnya. Demon berusaha untuk memanipulasi keadaan yang di katakannya dalam suatu wawancara ketika dia berada di suatu tebing demon katakan bahwa dirinya dapat terbang dan membujuknya untuk terjun, sebab dia tidak akan mati bila terjun dari tebing itu.

Karena ketakutan - ketakutan yang terus menghantui dirinya ini maka dia melarikan diri pada obat dan minuman keras, namun semuanya tidak membuahkan hasil, dia semakin tertekan sehingga akhirnya dia tidak mampu lagi bertahan lalu mengakhiri hidupnya sendiri dengan menggantung diri.

Depresi bukan hanya dialami oleh para artis, tetapi di kalangan masyarakat Australia saat inipun banyak yang mengalaminya. Hampir setiap hari ada kasus bunuh diri yang di beritakan melalui radio dan televisi yang di sebabkan oleh depresi.

Bruder Mark yang datang mengunjungi Gereja lokal kami beberapa minggu lalu berbagi pengalamannya bagaimana dia dapat melepaskan dirinya dari depresi.
Ketika dia menjalani panggilan sebagai imam jiwanya sempat goyah ada perasaan bersalah yang terus menghantui dirinya, sehingga dia katakan kepada atasannya bahwa dia mau meninggalkan panggilannya sebagai seorang imam. Atasannya katakan tidak melarang dirinya bila memang itu adalah kemauannya, tetapi dia meminta Bruder Mark untuk sungguh berdoa memohon petunjuk Tuhan dalam satu minggu kedepan. Bruder Mark sendiri mengakui sebagai seorang Bruder dirinya jarang berdoa saat itu.

Doa Rosario adalah doa yang terus di bawakannya dengan tak henti, seminggu berlalu depresinya mulai berkurang, kemudian dia katakan kepada Tuhan bila keadaanya menjadi lebih baik lagi sampai akhir tahun itu dia akan tetap tinggal memenuhi panggilan imamatnya. Ketika dia berbagi pengalaman hidupnya dengan kami semua dengan bahagia dia katakan tahun ini adalah ulang tahun ke 50 imamatnya, rahasianya adalah terus berdoa Rosario sambil mengeluarkan sebuah Rosario hitam dari balik jubahnya.
Bila Kita mengandalkan kekuatan Kita sebagai manusia maka Kita akan di Hancurkan oleh diri Kita sendiri, namun bila Kita mengandalkan kekuatan Tuhan melalui doa terlebih doa Rosario maka Kita akan di kuatkanNya untuk melalui setiap pergumulan di dalam hidup ini sehingga Kita dapat menjadi pemenang bagi Tuhan. Semoga.

Tuesday 29 December 2015

APAKAH RESOLUSI MU UNTUK TAHUN 2016?


Tak terasa kita hampir meninggalkan tahun 2015, esok lusa kita sudah memasuki tahun yang baru yaitu 2016.
Banyak orang yang sudah sibuk dengan membuat list Resolution untuk tahun baru yang akan kita jelang sebentar lagi. Sebelum kita membuat list yang baru hendaknya kita memeriksa kembali berapa point dari list yang lalu yang telah kita jalani dan bagaimana hasilnya?
Itulah yang hendaknya menjadi evalusi kita di akhir tahun ini, jangan kita terus membuat list yang baru hanya karena ikut zaman agar kelihatan keren ataupun tidak terkesan kampungan. Percuma saja bila kita membuat list yang baru hanya berupa catatan dan selanjutnya kita tidak melakukannya.

Cyril Cusack seorang Irish Actor ( 1910 - 1993 ) mengatakan " Bila kamu menanyakan apa New Years Resolution ku, adalah mengenali siapa diri ku"
Apa yang di katakannya sangat benar, tanpa kita sungguh mengenali terlebih dahulu siapa diri kita bagaimana kita akan membuat rancangan dan tujuan hidup kita selanjutnya.
Semua list new years resolution yang telah kita buat itu akan menjadi tidak ada gunanya, sekalipun list itu semuanya baik tujuannya karena akhirnya hanya akan berupa catatan tanpa pelaksanaan.


Oleh sebab itu kenalilah dulu diri mu barulah buat rancangan dan tujuan hidup mu agar semuanya tak menjadi sia - sia belaka sehingga di tahun 2016 kamu dapat sungguh fokus dan mempunyai arah kemana dan bagaimana hidup mu akan di jalani, apa yang perlu di tingkatkan atau apa yang perlu di kurangi mapun di hilangkan.
Dengan tahu jelas siapa diri mu maka tak banyak waktu juga yang akan di buang percuma, sebab arah tujuan hidup telah lebih jelas.
Selamat memasuki tahun 2016, dengan semangat dan harapan yang baru. Tuhan menyertai kita selalu..

Friday 18 December 2015

DIMANA KEBAHAGIAN ITU?

Manusia itu mahluk yang tidak pernah merasa puas dengan dirinya dan apa yang dia miliki, meskipun dia sudah mempunyai segalanya, apapun yang dia mau dia dapat membelinya, tempat manapun yang ingin dia kunjungi dia dapat pergi, makanan semahal apapun dia dapat membeli, mobil mewah sebagai kereta kencana, dapat berganti - ganti setiap hari, rumah yang megah pun sudah menjadi miliknya, jabatan tinggi ada di tangannya, keluargapun dapat di katakan sempurna, istri catik, suami ganteng dan anak - anak yang berpendidikan baik. Apalagi yang di inginkan?

Kebahagian itulah yang hilang, karena sering kali manusia tidak bersyukur dengan apa yang telah dia miliki, sebab  itu juga dia terus mencari dan mencari di luar sana melalui hiburan untuk memuaskan hatinya, melalui minuman keras, obat - obat penenang dan lainnya . Namun sesungguhnya kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Justru mereka yang hidupnya dalam keterbatasan lebih dapat merasakan kebahagiaan, karena mereka dapat mensyukuri apa yang mereka dapatkan dan miliki  didalam hidup ini. Didalam kekurangan sekalipun mereka yang sederhana dapat dan mau berbagi dengan saudara - i nya yang lain dan di situlah Tuhan melimpahkan suka citanya. Firman Tuhan katakan Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
1 Tes 5:18

Maka bila sampai hari ini kita belum melaksanakan apa yang di firmankan Tuhan diatas, dan masih mencari kebahagiaan itu, mulailah berbenah diri, carilah kebahagiaan itu di dalam diri kita sendiri, dan mulailah berbagi  serta peduli kepada sesama yang membutuhkan, bukan untuk mencari popularitas, tetapi lakukanlah dengan tulus iklas. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Yoh 15 : 11..Amin..

Saturday 12 December 2015

MENILIK WAE REBO NEGERI DI ATAS ANGIN (4)

Desa terpencil yang mendapat penghargaan dari UNESCO

Desa Wae Rebo belum banyak di kenal oleh masyarakat Indonesia sendiri tetapi justru sudah terkenal di manca negara. Kepala adat mengatakan ada pula seorang wanita warga negara Swedia yang sempat tinggal di sana selama 19 bulan untuk belajar budaya dan bahasa mereka. Orang Indonesia pertama yang mengunjungi desa terpencil ini adalah Yori Antar, arsitek dari Jakarta, dan kawan-kawan pada tahun 2008, tanpa tahu persis di mana desa ini berada. Bermodalkan gambar di kartu pos, mereka menanyakan penduduk sekitar untuk mengantarkan mereka ke desa ini. Ketika mereka sampai di sana, penduduk setempat kaget. Alexander Ngandus, warga lokal desa ini berkata, “Bagi masyarakat Wae Rebo, kehadiran mereka seperti bagian dari kunjungan Presiden Republik Indonesia. Karena tidak pernah ada orang Indonesia yang berkunjung sebelumnya kecuali wisatawan asing.

Kampung mini yang terletak di Desa Satarlenda, Kec. Satarmese Barat, Manggarai, NTT ini pun seperti negeri dongeng. Antara ada dan tiada. Bahkan, orang Manggarai sendiri jarang yang tahu Wae Rebo.
Tanggal 27 Agustus 2012. Sebuah sejarah besar untuk Wae Rebo. Badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan, UNESCO, menganugerahi Wae Rebo sebagai peraih Award of Excellence pada UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation.
Sebuah penghargaan tertinggi dalam bidang konservasi warisan budaya. Wae Rebo mengalahkan pesaing-pesaing seluruh dunia yang tak kalah berkualitas. Adalah Mbaru Niang yang menjadikan Wae Rebo terkenal dan mendapat penghargaan. Mbaru Niang merupakan rumah khas orang Manggarai berbentuk kerucut raksasa. Meski begitu, keberadaannya di Manggarai telah digantikan mayoritas rumah ‘generik’ yang berbentuk persegi dan beratap seng. Hanya di Wae Rebo, konstruksi Mbaru Niang dapat lestari dan berjumlah lengkap. Tapi siapa sangka, Mbaru Niang di Wae Rebo juga pernah terancam kepunahan. Jumlah rumah adat memang hanya tujuh dan selalu berusaha dipertahankan masyarakat Wae Rebo. Untuk bertambah sudah tidak mungkin karena angka tujuh telah final. Tujuh melambangkan tujuh kekuatan yang menjaga desa. Tapi, untuk berkurang tidak terhindarkan akibat lapuk termakan zaman atau ketidakmampuan melakukan perbaikan. Tahun 2008, hanya tersisa tinggal empat Mbaru Niang. Dua di antaranya sudah reyot dan membahayakan penghuninya.

Adalah Yori Antar, seorang arsitek nasionalis yang membidani restorasi dan renovasi Mbaru Niang di Wae Rebo. Setelah kunjungan pertamanya bersama beberapa arsitek, Yori menggalang donasi untuk membenahi dan melengkapkan Mbaru Niang kembali menjadi tujuh. Mbaru Niang. Saat ini sudah lengkap tujuh. Hasil upaya bersama menjaga tradisi Manggarai.
Pada langkah awal, Yayasan Tirto Utomo mau membiayai perbaikan dua Mbaru Niang yang reyot. Tapi, masalahnya, informasi konstruksi Mbaru Niang sangat minim. Dua rumah pun akhirnya dibongkar untuk dipelajari, dicatat, direkam hingga kemudian dibangun kembali. Tiga Mbaru Niang lain baru dibangun pada awal 2011, ketika Pengusaha Arifin Panigoro dan Laksamana Sukardi mendanai masing-masing satu rumah.
Satu rumah lagi kembali didanai Yayasan Tirto Utomo. Adapun biaya membangun satu rumah adat Wae Rebo itu sekitar Rp 250 juta. Biaya ini sebagian besar untuk pengadaan bahan material. Adapun tenaganya dilakukan secara gotong-royong.
Penghargaan UNESCO pun menjadi apresiasi atas renovasi dan restorasi Mbaru Niang yang telah meningkatkan semangat dan kebanggaan sebuah komunitas lokal ke tingkat dunia. Renovasi itu tak hanya sukses melestarikan bentuk rumah adat, tetapi juga berhasil mengabadikan pengetahuan tradisional soal arsitektur dan tata cara adat pembangunan rumah.

“Berita penghargaan itu kami baru terima seminggu setelah pengumuman.” ungkap Aleks Dei. Wajarlah memang karena tak ada akses internet di Wae Rebo. Akses telepon saja belum ada. Listrik baru sebatas dari generator. Sebelum Yori Antar mulai merenovasi Mbaru Niang, banyak orang asing telah berdatangan ke Wae Rebo. Mereka datang, baik sebagai wisatawan ataupun peneliti. Dari tahun 2002-2009, di buku tamu tercatat ada 480 wisatawan. Tapi, miris ternyata hanya 15 orang – termasuk rombongan Yori Antar – yang merupakan wisatawan Indonesia. Betapa Wae Rebo pada awalnya merupakan ‘tempat’ asing bagi warga negeri sendiri. Jujur, saya terenyuh di dalam hati.
“Mbaru Tembong ini pernah diperbaiki pada tahun 2006 oleh dosen dan para mahasiswa dari Taiwan yang mengadakan penelitian di Wae Rebo” ungkap Vitalis, seolah menegaskan bahwa orang-orang asing lebih dulu mengenal Wae Rebo dibanding masyarakat Indonesia.
Dengan dikukuhkannya prestasi Wae Rebo di ajang internasional, kini semakin banyak wisatawan Indonesia yang datang. Pada tahun 2012, jumlah pengunjung memang masih lebih banyak asing, tetapi selisih dengan jumlah pengunjung Nusantara makin sedikit. Artinya, jumlah pengunjung dari dalam negeri kian banyak. Jelas, sebuah tren bagus untuk menggambarkan kecintaan dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Wae Rebo. Tapi. Saya tetap khawatir. “Apakah setiap mahakarya Indonesia mesti mulai dihargai warga di negeri sendiri ketika terlebih dulu diakui di dunia Internasional? Lantas, bagaimana kalau tidak ada pengakuan? Apakah kita masih menghargai sepenuh hati, mengunjunginya setulus apa adanya? Retorika ini muncul karena saya sedih melihat realitas orang Indonesia baru ramai datang ketika Wae Rebo sudah terlebih dulu mendunia.

Perjalan panjang, sulit dan melelahkan ke Negeri di atas awan itu pada akhirnya berbuah suka cita yang tak dapat kami katakan, dan melalui perjalanan itu aku diingatkan kembali bahwa di dalam hidup ini baik di kala kita harus berjalan mendaki maupun menurun selalu akan ada proses yang harus kita hadapi dan jalani dan di dalam setiap proses itu bila kita terus bersabar menjalani dengan tak pernah putus harapan melangkah serta tetap fokus dengan tujuan kita maka pada akhirnya semuanya akan menjadi indah, seindah kunjungan kami ke desa Wae Rebo desa diatas angin yang sungguh indah.
semoga melalui tulisan ku, yang ku tambahkan informasi dari berbagai sumber ini banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi dan melestarikan Wae Rebo agar peninggalan sejarah yang tak di miliki oleh bangsa lain ini tidak punah dan tetap nyata keberadaannya hingga anak cucu kitapun dapat melihat dan mengunjunginya.

MENILIK WAE REBO NEGERI DI ATAS ANGIN.(3)

Pendapatan dan biaya Admistrasi.

Setelah acara serah terima selesai kamipun diantar ke rumah tamu, bangunan ini serupa bentuk dengan rumah utama hanya di pucuknya tidak memakai tanduk kerbau. Dirumah ini kami mendapatkan sajian teh atau kopi yang adalah hasil kebun mereka sendiri, di situ juga di sediakan tempat beristirahat berupa tikar yang di jajarkan dengan bantal yang juga terbuat dari bahan tikar. Sementara kami menikmati kopi sambil melepas lelah beberapa orang ibu sibuk di dapur mempersiapkan makanan bagi kami, dapur mereka terpisah dari bangunan induk letaknya di belakang di dalam bangunan yang lebih kecil. Tiga orang ibu sedang memasak di sana, masing - masing memiliki tugas yang berbeda, yang satu membuat sayur, yang seorang menggoreng kerupuk singkong dan yang lainnya memasak nasi, semuanya di lakukan secara tradisional dengan memakai tungku batu dan kayu api.

Saya sempat bertanya apa makanan utama di sini?, mereka katakan sayur penduduk desa wae Rebo jarang sekali makan daging sekalipun mereka mempunyai ternak ayam dan babi. Mereka memasak daging hanya bila ada tamu saja. Setelah mengambil beberapa photo sambil menunggu makanan selesai di masak saya menyempatkan diri untuk berbincang - bincang dengan salah seorang tamu dari Belanda bernama Rob yang kebetulan kami sudah sempat bertemu sehari sebelum tiba di Wae Rebo saat kendaraan kami harus berhenti karena perbaikan jalan.
Dia katakan mulanya tidak percaya bahwa untuk mencapai Wae Rebo memerlukan waktu yang lama. Dia menggambarkan jarak dari Labuan bajo ke desa Denge hanya sejengkal saja tetapi memakan waktu enam jam, dan dari desa Denge ke Wae Rebo tiga jam berjalan kaki menurut temannya. Tetapi akhirnya saya percaya katanya, malah untuk mencapai Wae Rebo dia dan anaknya memerlukan waktu tiga jam empat puluh lima menit.

Tak lama menunggu akhirnya masakan selesai dan siap untuk kami santap, makanan yang tersaji sangatlah sederhana, ada sayur bening dari daun singkong dan pepaya muda, telur dadar, sambal dan kerupuk singkong, sekalipun sederhana terasa sangatlah nikmat terlebih udara mulai dingin saat itu.
Untuk makan siang dan kopi yang di suguhkan setiap orang di kenakan bayaran sebesar dua ratus ribu rupiah, dan bila menginap akan di kenakan biaya sebesar tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Ada kesan komersil di sana padahal sesungguhnya uang administrasi di Wae Rebo ini sudah diatur menurut kearifan lokal setempat. Pengelolaan uang ini dipercayakan kepada Lembaga Pariwisata Wae Rebo. Uang administrasi yang didapat dari wisatawan digunakan untuk keperluan biaya bahan makanan dan memasak makanan yang dibuat oleh para ibu, pemeliharaan infrastruktur kampung, bahan bakar generator set dan sumber air.

Penduduk Wae Rebo sendiri bukannya tanpa usaha selain mendapat tambahan dari wisatawan yang berkunjung. Kopi dan kain cura adalah salah satu usaha yang menjadi penghasilan utama dari penduduk kampung Wae Rebo. Kopi yang dijadikan komoditi adalah jenis arabika. Sedangkan kain  cura menjadi kerajinan kain tenun yang dilakukan oleh ibu-ibu di Wae Rebo. Kain cura ini memiliki motif khas berwarna cerah. Untuk pejalan yang memang tertarik  untuk mengoleksi kain tenun dari beberapa daerah di Indonesia, kain cura ini bisa menjadi pilihan tersendiri.